Untuk pertanyaan yang belum menemukan jawaban.

Rasanya ibuku semakin tua semakin banyak pertanyaan. Semakin random pula pertanyaan yang muncul. Pernah suatu subuh sebelum genap pukul 6, ibuku menelfon. Tak terangkat. Aku hubungi kembali dalam…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Lost In Paradise

As much as I’d like the past not to exist

It still does 🎶

04:45 GMT +2

Tepat saat sang fajar mulai memancarkan cahayanya. Daren terbangun saat merasakan getaran yang berasal dari alarm di ponselnya berbunyi. Dengan sedikit mengerang dia berusaha duduk dan mencerna keadaan sekitarnya. Melihat sekelilingnya yang hampir semuanya bernuansa putih, jelas sekali ini bukan kamarnya. Namun otaknya masih belum bisa memproses apapun. Masih dengan setengah sadar, dirinya hendak kembali berbaring sebelum kakinya bersentuhan dengan kulit yang panas. Sontak dia mengingat jika sedang menemani adiknya yang sedang sakit.

Daren membuka selimut disampingnya dan melihat Reon yang masih meringkuk sambil memeluk boneka kelinci miliknya. Tangannya segera terulur untuk mengecek suhu pada kening adiknya. Aduh makin panas, batinnya sedikit panik.

Buru-buru dirinya turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar Sean yang ada di lantai bawah.

Tok tok tok, “Kak, bangun kak.” sebisa mungkin Daren tidak terlalu mengeraskan suaranya.

Setelah beberapa saat, pintu kamar Sean terbuka menampilkan kakaknya yang masih setengah sadar dengan rambutnya yang acak-acak.

“Hmmm kenapa?” tanyanya sambil menguap.

“Reon makin panas kak.”

“Hmm Reon kenapa?” tanyanya sekali lagi masih belum sadar.

“Melek dulu makanya. Reon makin panas badannya.”

Rasanya seperti kepalanya di pukul dari belakang, Sean akhirnya menyadari situasi yang ada.

“Ya Tuhan, Reon.”

Dengan sedikit berlari, Daren menyusul kakaknya yang hampir saja tersandung anak tangga saat ingin melihat keadaan Reon. Di antara mereka semua, memang Sean yang terbiasa membantu mendiang Ibu mereka untuk mengurus Reon sejak kecil. Jadi wajar saja jika Sean yang paling dekat dengan adik bungsunya itu.

Setelah mengecek keadaan Reon, Sean langsung mencari remote AC dan segera mematikan pendingin ruangan itu. Dan menyuruh Daren untuk membuka semua jendela kamar Reon.

“Masih jam segini lagi, kalo nunggu dr Will juga masih jam 8 nanti. Gimana ya?” tanya Sean pada Daren.

“Bangunin dulu coba kak. Biar gue yang bangunin Bang Ian.”

“Okay, bangunin pelan pelan aja, orangnya baru tidur kayanya.”

— — — — — — — —

“Gak apa-apa, cuma kecapekan aja ini masih adaptasi sama sekolahnya, jadi kaget badannya.” ucap dr. Will. Julian, Sean dan Daren akhirnya bisa bernafas lega setelah mendengar perkataan dokter yang memang sudah lama menjadi dokter kepercayaan keluarga Bierhals sejak sang ayah masih hidup, dulu.

Yoo Yeonseok as William Kaiser, the Bierhals dad’s best friend.

“Dia juga makannya agak susah, uncle. Kalau lauknya gak cocok dia gak mau makan.” adu Daren membuat Reon yang masih terbaring lemas langsung memutar bola matanya.

“Iya keliatan, jadi makin kurus. Kamu gak cocok sama makanan sini ya Re?”

“Aku makan kok, uncle.” bela Reon lirih, sebelum memandang tak suka ke arah Daren, membuat kakaknya itu hanya menjulurkan lidah padanya.

“Terus kenapa, kangen sama masakan Ibu ya?”

Reon yang ditanya seperti itu hanya tertegun sebelum mengangguk pelan, dia memang rindu pada masakan ibunya, tidak, dia merindukan ibunya. Jawaban Reon membuat ketiga kakaknya menatapnya sendu. Sementara William hanya tersenyum sambil mengusap kepala Reon dengan sayang. Hatinya ikut merasa sedih karena bagaimanapun William ikut menyaksikan perjalanan hidup Reon sejak kecil.

Saat sang sahabat tewas dalam kecelakaan mobil 10 tahun silam, dirinya sedikit banyak membantu Ibu Bierhals Boys merawat mereka berempat setelah itu, terutama Reon yang saat itu masih berusia 7 tahun dan belum bisa mengerti atau memahami semua hal yang terjadi. William selalu siap siaga untuk mereka, bahkan sampai saat istri mendiang sahabatnya itu menghembuskan nafas terakhirnya karena penyakit meningitis yang dideritanya 6 bulan yang lalu, William tidak pernah meninggalkan mereka.

Tidak cukup sampai disitu, William sekali lagi membuktikan kesetiaannya pada mendiang sahabatnya dengan ikut pindah ke Berlin, agar dirinya tetap bisa menemani dan menjaga Bierhals Boys seperti janjinya.

“Hari ini uncle ambil cuti, kita masak masak ya.”

“YAYYYYYYYY.” seperti biasa, Daren lah yang paling heboh mendengar itu. Sementara Julian dan Sean hanya bisa tersenyum dan berterima kasih pada William yang sudah mereka anggap seperti Paman mereka sendiri.

“Sekarang kalian belanja, biar uncle yang jaga Reon.” titah William sambil menyodorkan sebuah kartu pada Daren.

“Gak usah uncle, Ian ada kok.” sela Julian cepat.

“Mentang-mentang udah pada kerja gak mau di jajanin ya sekarang.”

“Biarin aja, uncle. Abang abis dapet bonus banyak tuh biar dia yang traktir.” selain jahil, Daren juga hobi mengompori. William hanya bisa tertawa maklum.

“Ya udah terserah kalian aja. Mending sekarang berangkat biar nanti makanannya bisa mateng pas jam makan siang.”

— — — — — — — —

Jam sudah menunjukkan angka 12.45 dan hampir semua hidangan sudah tersaji di meja makan. Ada Kimchi Jiggae, Bulgogi, Japchae, dan banyak jenis Banchan atau Korean Side Dish. William sengaja memilih memasak makanan Korea supaya Reon bisa makan banyak. Dan berharap bisa sedikit mengobati rasa rindu Reon pada masakan ibunya.

“Udah siap semua tinggal ambil nasi. Ajak Reon turun ya.” ucap William yang sudah tidak sabar melihat reaksi si bungsu.

“Ay ay Captain.” Daren dengan semangat berlari menuju kamar Reon.

“Hai adikku sayang, udah waktunya makan, yuk kita turun.” seru Daren sambil bersiul senang. Reon yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas.

“Makan disini aja, masih pusing.”

“Eitsss mana boleh gitu, uncle udah masakin banyak di bawah. Gue gendong deh yuk.”

Reon akhirnya tidak bisa menolak.

“Pegangin aja.”

Mereka pun berjalan dengan pelan sambil bergandengan menuju ruang makan. Sesampainya disana, Reon melihat kedua kakaknya dan pamannya itu sudah duduk di kursi masing-masing, dan matanya beralih pada semua makanan yang sudah tertata cantik disana.

“Banyak banget..” gumamnya pelan.

“Duduk, Reon. I’m not a better cook than your mom but I tried my best.” ucap William membuat Reon terharu.

“Makasih banyak, uncle.” balas Reon senang. William tersenyum hangat.

“Yuk berdoa dulu, uncle yg pimpin.

Our Father in heaven,

we thank You for all you give, the food we eat, the lives we live and to our loved ones far away, please send your blessings. And please help us all to live our days with thankful hearts and loving ways. In Jesus name we pray,

Amen.”

“Amen”

— — — — — — — —

— — — — — — — —

Sementara itu di tempat lain, ada seseorang yang masih bergelung dalam selimut tebalnya. Membuat seorang perempuan yang baru saja menerobos masuk ke dalam kamar itu berdecak kesal. Dia berjalan menuju jendela dan membuka semua tirai tebal itu agar cahaya matahari bisa masuk.

“C’mon, it’s time to get up.”

Merasa tidurnya terganggu membuatnya mengerang.

“The hell you’re doing here?”

“To drag you out of your bed, for sure.”

“I’m not dealing with your shit so get out.”

“Stop pushing me away. I brought you some food and came all the way here because Diego told me you get hurt, Richie.”

Richard hanya mendengus dan kembali menutupi dirinya dengan selimut, tidak mengindahkan keberadaan adiknya, Rachel, disana.

Aespa Ningning as Rachel Gaven, Richard’s little sister, sassy but caring, and this is kinda secret but she’s his counter.

“Are you seeing someone?” tanya Rachel, namun kakaknya itu masih tidak bergeming.

“There’s a text from someone named Areon that I’ve never known nor heard before.”

Secepat kilat Richard langsung menendang selimutnya dan bangun untuk mengambil ponselnya yang berada di tangan Rachel.

“So you’re seeing someone.”

Add a comment

Related posts:

BREAKING OUT OF THE BOX

Girls that come from small towns don’t have to have small dreams. In fact, those small-town girls can grow into big-time women. Jordan Hemsley shows us exactly what it is like to break out of a…

A Guide for Software Developers on Generative AI

Automate tedious activities and speed up your coding process with generative AI tools like GitHub Copilot. How? Read on. With technologies like GitHub Copilot, ChatGPT, and DALL-E becoming more and…

Slim ACV Keto Gummies Reviews Is It A Scam Or Legit?

The mission of growing your bodily fitness is tough and time-consuming. In addition to regular paintings, own family, and social obligations, seeking to suit right into a well being framework can…